Blogger Jatuh Cinta

11 Maret 2011

“Bruk..” kurebahkan tubuhku yang mungil ini keatas spring bed murahan yang baru ayah dibeli bulan lalu.
Sejenak ku pejamkan mata yang mulai tak bersahabat untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya yang sebenarnya amat sangat wajib untuk kukerjakan: ” MENGAJI”. Bayang-bayang impian dan kehidupan yang sudah kulalui berkelebat dalam memori otakku. Dari acara jumpa bloger di sekolahku sewaktu SMA sampai pada teman dunia mayaku yang begitu menghanyutkan hati semuanya menari-nari dalam batok kepalaku. Diam-diam aku tersenyum mengenang semua itu. Manis rasanya. Hari ini terasa begitu indah. Seolah tak ingin segera berlalu. Namun, tak tau esok, jam berikutnya, menit berikutnya atau bahkan detik berikutnya akan seperti apa.
??
Kang Prata. Nama yang aneh!!! Baru kali ini aku menemukan nama seaneh itu. Namun, tak apalah. Apa sih yang tidak untuk blog tercintaku. Aku tidak ingin kehilangan blog yang kedua kalinya gara-gara jarang mengelolanya. Aku tidak ingin tulisan-tulisanku raib begitu saja ditelan masa aktif. Tanpa pikir panjang, langsung kuhubungi nomor yang Mr. Noval berikan padaku saat itu juga.
Dalam bayanganku saat ini ,nomor yang akan aku hubungi saat ini orangnya sangat serius, umurnya mungkin tak jauh beda dengan Mr. Noval (sekitar 35 tahunan). Atau jika lebih mudapun sepertinya ia sudah beristri dan beranak satu. Aku tak peduli penempilannya akan seperti apa. Buruk rupakah, cacatkah atau bagaimana aku benar-benar tak peduli. Yang ada dalam pikiranku saat ini adalah bagaimana tampilan blogku bisa semenarik atau setidaknnya serapih yang lain.
Kutekan nomor-nomor yang Mr. Noval berikan dengan baik. Langsung ku simpan dalam memori telponku.
“Aslmlkm. Btl ini dg pak prata?
Sy Luna. Mahasiswi akper Al- Furqan.
Sy direkomendasikan olh pak noval untk mnghubng bpk”

Begitulah bunyi SMS pertama.
1 menit, 2 menit, 3 menit…
Masih juga belum ada jawaban dan…
” Zzzt, zzzt, zzzt… Hp ku bergetar.
Pelan-pelan kubuka sms yang baru kuterima itu. Entahlah tiba-tiba ada perasaan aneh yang merasuk dalam hatiku. Tiba-tiba pacuan jantungku begitu hebat. Aku berusaha menguasai diriku agar tidak terlalu terlihat grogi didepan teman-temanku yang sama-sama sedang mengantri kamar mandi didepan kampus ku yang amat MEWAH (mepet sawah) ini.

😀 jyah pak
Panggil mas aja lah?
Dgn siapa ya?
Begitulah isinya…
Belum lama aku hendak mengirimkan balasan, tiba-tiba….
“Zzzt,zzzt,zzzt…” handphone kembali bergetar.

Ooo maaf, namanya siapa ya?
(buat disave di phone book) ?
Acara hari ini ga ngeblog sih, tp kl mau datang aja
Datang aja ke ruang M3Net (sch) nanti kl aq dah
Datang (ntar aku kabari). Ntar kursus kilat aja.
Ini mo mandi trus berangkat.
Aku tersenyum. Langsung kubalas SMS dari laki-laki misterius itu.
Sy Luna pak ?
Mahasiswa akper alfurqan.
Ok! Sy tunggu disini…
Satu jam, dua jam, tiga jam aku menunggu sms yang entah membawa misteri apa untukku ini. Ada rasa penasaran dan entah apa lagi yang ada dalam hatiku. Aku tak mengenali semua rasa-rasa itu dan memang aku merasa tak terlalu penting berkenalan dengan semua rasa itu. Sampai detik ini orang yang kutunggu-tunggu kedatangannya belum juga datang. Walaupun dengan rasa penasaranku yang begitu besar, namun tetap saja aku tak peduli ia akan seperti apa, entah cacatkah atau buruk rupa kah aku benar-benar tak peduli.
Dan….
“Zzzzt, zzzt,zzzt..”
Ini aku udah si sekertariat M3net, tp lg dpake.
Trus aku diatas, di dpn lab komputer & multimedia.

Belepotan sekali bahasanya. Kurang akrab dan sedikit menjaga jarak tampaknya. Bahasa akrabnya terkesan agak dipaksakan.
OK, sy ksana..
Langsung kukenakan pakaian yang biasa aku pakai untuk mengaji. Hijau. Sebenarnya aku kurang begitu suka dengan warnanya. Namun tak apalah, apapun jadi. Asal enak dipandang mata. ?
Ada yang lupa!!!
Aku belum mempersiapkan teman untuk menemaniku kesana. Aku pasti akan merasa asing disana. Ya, walaupun pastinya masih banyak yang kenal denganku, tapi sudah pasti banyak mata yang akan memperhatikan sosokku yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.
Kucari disegala penjuru asrama yang biasa mau diajak kemana-mana. Namun tak ada satu pun dari mereka yang mau. Akhirnya kupuskan ke kamar ED (mantan kamarku dulu ketika aku masih duduk di bangku SMA) berharap ada yang mau diajak kesana. Dan ternyata harapanku itu sepertinya sia-sia. Mereka sedang sibuk untuk persiapan semesteran esok hari.
Akhirnya ku beranikan diri untuk melangkah sendiri kesana. Walau bagaimanapun, ini adalah janji. Aku harus menepatinya. Dan entah kesempatan emas ini kapan akan datang lagi. Ada rasa was-was dalam hatiku ketika melangkah.
Segera kutuju lantai 2 multimedia yang ia maksud. Terlihat lenggang rupanya. Hanya ada anak-anak yang mengikuti kursus saja yang terlihat disana. Segera kuraih hand phone bututku yang tersimpan dalam kantong kecil yang kubawa.
Bpk sekarang ada dmn?
Namun tak berapa lama kemudian kulihat tulisan M3net dilantai 1. Sudah pindah kebawah ternyata. Terlihat ada beberapa siswa dan beberapa staf didepannya yang entah sedang memperbincangkan apa. Segera kuarahkan kakiku untuk melangkah.
Makin dekat, makin dekat….Dan dekat…
Makin grogi saja aku melangkah. Aku melihat sosok bapak-bapak didepan ruangan itu.
” Mungkin orang bertubuh gempal itu yang Mr. Noval maksud,” gumamku dalam hati.
Aku dekati dan…
” Oalah, ternyata lutfi…”sureprise ku dalam hati.
Aku kira laki-laki gemuk ini yang bernama pak Prata yang aku maksud. Tenyata dugaanku salah besar. Ditengah-tengah keramaian itu aku sedikit bersuara
“Mmmmmm…” Kontan semua mata tertuju padaku.Mukaku merah dibuatnya.
” O, ini yang namanya Luna?” salah satu dari mereka bersuara.
” Iya pak saya Luna,” jawabku dengan sedikit senyuman.
” Ya sudah silakan masuk. O ya perkenalkan ini kakak kita dari akper yang ingin ngeblog bersama kalian. Namanya mbak Luna,” ucapnya memperkenalkan.
” O, kalo yang ini mah saya tau mas. Dia teman saya,” celetuk Lutfi ketika melihatku.
” Baiklah kalau sudah saling kenal mari kita kedalam,” katanya mempersilakan.
” O ya may, beri mbak ini buku panduan bloging ya, ” ucapnya pada salah satu adik kelasku yang kabarnya bloger pesantren terbaik di indonesia itu.
” O, mbak Luna… Mau ikutan ngeblog juga to mbak?” tanyanya dengan seyuman yang khas.
” Iya nih, sebenarnya aku udah punya blog . Cuman belum bisa mengelompokkan katergorinya,” jawabku jujur.
” Oooo, Lalu sekarang kamu pakai apa blognya?” tanya laki-laki energik yang akan membimbingku ini.
” Pakai blogger,” jawabku singkat.
” Coba boleh saya liat blognya?” tanyanya kembali.
“Tentu saja,”sahutku cepat.
Ia pun langsung membuka notebooknya dan langsung mengambil dan memasangkan modem yang ia bawa.
“Apa alamatnya?”

“lunaXXX,” jawabku.
Kulihat ia membuka blogku yang tak beraturan dan kurang begitu bagus isinya.Aku hanya bisa menghela nafas panjang untuk bersiap-siap mendapatkan komentar yang menyedihkan tentang blog baruku itu.
“Wah, sudah bagus kok. Mix pakai bahasa inggris lagi. Dah bisa go internasional nih Lut,”ucapnya seraya memamerkannya pada Lutfi. Entahlah, pujian atau sindiran tepatnya aku tidak tahu. Karena aku merasa blog ku itu sangat tidak menarik dipandang mata. Tak ada variasi sedikitpun kecuali background blogku yang terlihat seperti anak kecil itu.
Lutfi pun kontan langsung mendekat melihat tampilan blog anehku itu.
” Wah, iya bener mas. Saya juga kalah nih,”  puji Lutfi.

Entahlah, apakah itu sebuah pujian atau sindiran tepatnya.
Aku hanya bisa diam membisu dihadapan mereka. Aku merasa sangat asing disana. Sebenarnya suasana sudah sangat akrab satu sama lain. Hanya aku sendiri yang terlihat kaku dan beku. Aku hanya bisa menjawab seperlunya dan sebisanya dihadapan mereka. Entahlah harus bagaimana aku menyembuhkan penyakit grogi kronsiku ini. Berbagai terapi sudah aku coba. Dari aku mencoba English Club sampai mengikuti berbagai kegiatan sosial lain yang berhubungan dengan pemupukan percaya diri semuanya sudah aku laksanakan. Tetapi hasilnya tetap saja seperti ini. Hanya ada sedikit peningkatan yang aku rasakan. Tak terlalu berpengaruh dan tak pantas bagi seorang mahasiswa sepertiku. Entahlah cara apalagi yang harus aku lakukan. Aku sudah bosan dengan terapi-terapi itu sampai aku ingin muntah dibuatnya.
Untuk menutupi kegrogianku, ku alihkan mataku pada salah satu laptop yang ada disamping meja tamu. Ku buka folder lagu campur aduk perlahan,sudah agak penuh rupanya. Entah lagu apa saja aku tak mengenalnya. Hanya sedikit lagu yang kukenal. Aku memang sulit untuk menyukai lagu-lagu baru. Sampai-sampai teman sekamarku pun menjulukiku “jadul”.Aku pun tak peduli ia mengatakan apa. I just enjoy my life: itulah kalimat jitu yang pasang ketika ia menyindirku. Kulihat lagu “I’m not afraidnya Eminem yang aku kenal. Aku klik dan langsung terdengarlah lagu yang tak ku kenal masuk dalam kategori apa itu. Aku benar-benar tak mengenalnya. Dalam kehidupanku, aku hanya mengenal pop dan dangdut jadul saja. Yang lainnya lewaaat.
” Lalu, apalagi yang ingin ditanyakan?” tanya laki-laki attractive didepanku ini membuatku tambah bingung ingin menjawabnya.
Semua yang ada dalam tempurung kepalaku rasanya hilang dalam sekejap. Hanya ada sisa-sisanya saja yang bisa aku ungkapkan. Hingga aku ingin menjawab satu kata sederhana (kategori)pun aku susah mengatakannya. Kata itu telah raib dalam memoriku. Aku benar-benar merutuk diriku sendiri dalam hati.
” Arrrrrrgh, mengapa bisa begini???umpatku dalam hati.
Ia hanya tersenyum melihat tingkah anehku. Entahlah apa arti senyumnya itu. Aku tak bisa mengartikannya. Tak lama kemudia ia melirik arloji besarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00. Itu artinya ia harus segera bersiap-siap untuk segera menunaikan shalat jum\’at.
” Ok, sepertinya saya harus shalat jum’at dulu.Mungkin nanti bisanya sekitar jam empatan. Jam satu akan ada dating sama anak-anak bloger. Kalau mau, kamu boleh ikut juga. Nanti tempatnya diwarnet M3net,” ucapnya profesional sekali.
Aku makin malu dibuatnya. Walaupun dari sudut face ia biasa saja, namun entahlah dari bagian mananya ada yang aku suka. Atau mungkin aku lebih tepatnya aku suka dengan sikapnya yang easy going dan keattractiveannya yang tidak aku punya. Aku sangat mendambakan sosok pria yang seperti itu. Aku sangat suka dengan laki-laki yang profesional, baik hati, easy going, attractive dan yang pasti smart dan sholih lah… Ya walaupun aku tidak mendapatkan laki-laki yang terlalu smart, setidaknya aku mendapatkan kesholihannya. Namun aku pun tau diri bagaimana otakku yang sedikit agak lemot untuk berpikir yang terlalu berat. Setidaknya otaknya itu bisa digunakan untuk berpikir secara normal untuk menjadi imam yang baik bagi keluargaku.
” O, baiklah silakan. Saya juga berarti nanti kesini lagi sekitar jam satuan. Kalau bisa ya syukur, kalau ndak bisa juga ndak apa-apa,” jawabku .
“Harus bisa. Karena saya tidak tau kapan lagi saya bisa kesini. Berarti nanti tempatnya di warnet saja. Nanti setelah dating, kira-kira setengah empatan kita kesana,” jawabnya mantap.
” Baiklah. Tapi bagaimana kalau pakai hotspot saja? Kebetulan hotspotnya on dan kebetulan juga ada notebook di asrama,” tawarku.
” Boleh… Berarti nanti pakai hotspot perpus aja. Nanti kamu pakai password saya dan boleh kamu pakai kapan pun yang kamu mau,” jawabnya menyetujui.
Aku pun lansung pergi meninggalkan ruangan seluas 3×4 meter itu.
Belum jauh aku beranjak dari ruangan itu, ada sepasang mata melihatku aneh.
Kulirik sedikit dan ternyata ia adalah guru agamaku sewaktu duduk di bangku SMA. Pak sholah namaya. Ia adalah artisnya guru SMA ku yang memiliki tinggi sekitar 180 cm, memiliki kulit yang putih, sikapnya yang hampir selalu serius, dan entah apa lagi yang kebanyakan dari teman-temanku suka. Untuk aku pribadi sih biasa saja. Karena dengan sikapnya yang hampir sama kakunya sepertiku dan kurang bersahabat dengan murid-muridnya mungkin. Jadi seolah-olah jarak kami terlalu jauh sekali dengannya.
Ketika aku masih duduk dibangku SMA, aku jarang sekali disapa olehnya. Jangankan disapa, saling bertatap muka pun jarang. Ia amat dingin sekali dengan orang-orang disekitarnya. Jika ditanya pun ia menjawabnya dengan mimik muka yang jutek, Apalagi untuk anak-anak SMA reguler sepertiku yang dinilai banyak persentase populasi anak nakalnya. Entahlah apa alasan ia seperti itu, aku pun tidak tau dan tidak mau tau. Dan apakah ini hanya perasaanku saja atau tidaknya aku pun tak tau. Tapi setidaknya ada banyak orang yang menilai seperti itu.
“Luna, ada apa gerangan kamu kesini? Kok tumben?” tannyanya heran, Seheran aku ketika pertama disapa olehnya ketika ia tau aku sekarang adalah seorang mahasiswi akper. Lumayanlah, setidaknya ia sedikit care denganku.
” Ada perlu dengan mas Prata pak,” jawabku singkat dengan ditambah sedikit senyuman.
“Ooo,” ia hanya ber oo ria. Sambil berlalu terlihat agak sedikit tergesa-gesa menaiki sepeda motor untuk segera menunaikan shalat Jum\’at.
Pukul 13.00 WIB
Aku menunggu sosok mas-mas yang akan membantuku menyelesaikan permasalahan blogku yang masih kurang beres ini di ruangan yang telah disepakati bersama anggota-anggota baru lain yang sama-sama akan belajar google analytic. Sambil menunggu, ku buka alamat blogku yang sudah kubuat sekitar setengah tahun yang lalu. Setelah kubuka, ternyata trouble saudara!!! Ketika ia masuk, ia pun segera mengatasi ketidak beresan koneksi disana.
Dan ternyata hal itu berlangsung hingga suara adzan ashar menggema.Dari raut mukanya ia sangat capai sekali. Aku pun tak mungkin memaksanya untuk mengajariku setelah dating dengan blogger ini. Sedangkan waktu sudah sangat sore. Ia tidak akan mungkin bisa mengajariku seperti yang aku minta. Perjalanan Purwokerto- plosok Brebes ini tidaklah dekat. Bisa memakan waktu hingga 2 hingga 3 jam. Dan dating bersama para blogger hari ini akan dilanjutkan setelah shalat ashar Itu artinya pupus sudah harapanku untuk mengelolanya. Entah adakah kesempatan untuk mengelola blog ku lagi atau tidak.
” Mmm, Mas sepertinya waktunya tidak akan sampai ya?” tanyaku ragu
” Ini saja sepertinya mepet sekali jamnya,” lanjutku kemudian.
” Duh, bagaimana ya? Sebenarnya saya bukannya tidak mau membantul. Tapi keadaannya memang seperti ini,” jawabnya sedikit kecewa.
Aku pun tersenyum.
“Saya mengerti. Santai saja. Mungkin bisa kapan-kapan lagi,” jawabku dengan sedikit grogi.
“Bagaimana kalau saya kasih gambaran saja? Nanti kamu bisa coba sendiri,” tawarnya.
“Boleh-boleh,” jawabku menyetujui.
” Tidak perlu grogi seperti itu,”ucapnya mengagetkanku.
Aku tak sadar ternyata grogiku terlihat sekali. Ingin mengelak pun aku tak kuasa. Aku tak sadar ternyata grogiku terlihat sekali. Padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi grogiku ini. Tapi ternyata hasilnya tetap saja nol besar sepertinya.
Aku jawab hanya dengan senyuman kecil yang mewakili jawaban “iya” ku.
“Sial, ini orang bikin aku tambah malu aja. Untung kulitku nggak putih. Kalau putih mungkin udah kayak bendera merah putih kali,” batinku.
Ia pun menjelaskan poin-poin yang harus aku klik. Aku mendengarkan dengan seksama penjelasannya. Namun fantasiku sedang tidak bagus. Aku hanya bisa mengiyakan dan menganggap paham saja karena biasanya aku baru paham ketika materi itu suda dibaca kembali ketika dikamar.Ingin rasanya untuk menatap mukanya lekat-lekat. Namun aku tak mempunyai keberanian untuk itu. Nyaliku sangat kecil. Hingga akhirnya akupun mau tak mau harus meninggalkan tempat yang mebuatku hampir pingsan itu. Sepertinya tak ada tanda-tanda ada sesuatu yang istimewa dihatinya.
Namun, menit-menit berikutnya, jam-jam berikutnya hingga hari-hari berikutnya pun tak ada satu SMS yang masuk dalam inbox handphoneku. Entahlah apakah akan ada kesempatan untuk dekat dengannya atau tidak, adaka hal-hal lain yang akan mengubah warna-warni kehidupanku atau tidak.

 

Leave a Reply

5 thoughts on “Blogger Jatuh Cinta

Leave a Reply to anistok Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *