Kesedihan Sang Pelawak

Tulisan pertama boleh dibilang sukses. Banyak komentar dari sana sini yang membuatku setengah melayang dibuatnya. Namun kali ini aku merasa sangat keberatan untuk melanjutkan cerita yang telah kubuat sekitar satu bulan yang lalu itu. Kepalaku benar-benar tidak bisa dikompromi kali ini. Sudah beberapa hari ini aku stagnan dalam dunia tulis menulisku. Belum ada ide baru sedikitpun yang terbesit dalam anganku. Tak ada satu postingan punyang menghiasi blog baruku ini. Akhirnya kuputuskan untuk mendengarkan lagu agar inspirasi menulisku muncul. Ku setel lagu innoncentnya tante avril agak sedikit keras dari biasanya. Suasana kelas yang tadinya bagai kutub kini agak sedikit mencair. Tak ada satu pun yang mengomentari tingkah anehku kali ini. Entahlah, apa yang sedang mereka pikirkan setelah lagu ini diputar. Tiba-tiba…

“Assalamu’alaiklum,” seorang laki-laki bertubuh tinggi kekar masuk tampakmasih sedikit mengantuk.

Baru mandi sepertinya.

“Wa’alaikumussalam,” jawabku setengah hati.

Tanpa ba, bi, bu cowok humoris dikelasku ini langsung meletakkan tas kesayangannya pada bangku favoritnya. Melihat suasana yang hampir seperti kuburan, ia langsung mendekati bangkuku dengan wajah sok coolnya.

“Hai Lulu…” sapa pelawak gadungan ini sok manis.

“Hai juga ucup…” jawabku hanya untuk memberikan penghargaan padanya.

” Eh Lu kamu lagi ndengerin lagu apa sih?” tanyanya berminat.

“Innoncent,” jawabku malas.

“Ooo, tau nggak, aku kalo ndenger lagu itu jadi sedih,” ucapnya dengan wajah yang tidak memperlihatkan tanda-tanda kesedihan sedikitpun yang mewakili.

“Kenapa Cup? Jadi inget mantan ya?” tanyaku tak enak hati.

“Nggak, bukan karena itu,” jawabnya dengan ekspresi wajah yang masih datar.

“Terus apa dong?” tanyaku penasaran.

“Aku sedih kalo ndenger lagu itu so’alnya aku nggak tau artinya,” jawabnya tanpa merasa bersalah.

Gubrakssss…

 

 

 

Leave a Reply

6 thoughts on “Kesedihan Sang Pelawak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *